top of page

Menuntut Keadilan Dengan Pemikiran Yang Tidak Adil (Palestina Kesayangan)

  • Writer: Periko Putra
    Periko Putra
  • Jul 11, 2014
  • 4 min read

Lagi dan lagi dunia international dihebohkan dengan gempuran Israel terhadap warga Palestina di Gaza. Foto-foto diunggah memperlihatkan kondisi korban yang memiriskan, termasuk perempuan dan anak-anak. Israel sendiri terus berdalih bahwa mereka hanya mempertahankan diri dari serangan roket pejuang Palestina. Kekerasan yang kembali terjadi antara Israel dan Palestina kali ini dipicu oleh hilangnya tiga orang pemuda Israel yang diduga diculik dan dibunuh oleh pihak Palestina (Hamas). Aksi balas dendampun terjadi. Kelompok militan Israel diduga melakukan pembalasan dengan membunuh secara sadis seorang remaja Palestina yang ditemukan tewas tiga hari setelah penculikan pemuda Israel. Hal inilah memicu kerusuhan dan perang terbuka antara Israel dan Faksi Hamas di Palestina.


Cercaan, makian, hinaan terus terlontar dari umat Muslim tak terkecuali di Indonesia. Media sosial dipenuhi oleh hastag yang menyatakan dukungan terhadap Palestina seperti #SaveGaza, #PrayForGaya, #SaveMuslim dan sebagainya.


Namun, seolah kita justru melupakan dan pura-pura tidak tahu atau bahkan tidak ingin tahu sama sekali bahwa juga terjadi kekerasan di tempat lain yang juga melibatkan umat Islam sendiri. Masihkah kita ingat Boko Haram di Nigeria yang menculik dan membunuh bahkan memperkosa ratusan gadis sekolah yang umumnya Kristen. Mereka dipaksa untuk memeluk Islam. Tapi apakah demikian ajaran Islam? Islam tidak pernah membenarkan pembunuhan apalagi hanya didasarkan pada konflik politik dan kekuasaan. Tidak pernah juga Islam mengajarkan perkosaan untuk mencapai tujuan. Dan Lagi, Islam tidak mengajarkan seseorang untuk masuk ke dalamnya ketika seseorang tersebut berada dibawah tekanan dan dalam keterpaksaan atau dibawah todongan senjata, kecuali dengan kesadarannya sendiri.


Sudahkah kita mengutuk tindakan mereka?


Kita juga seharusnya tidak boleh lupa bahwa ada gerakan gerilyawan yang menamakan diri mereka negara ISIS/ISIL (Islamic State in Iraq and al-Sham/Islamic State in Iraq and the Levant) yang menghancurkan mesjid, membunuh sesama muslim yang tidak tunduk kepadanya. Bahkan seorang Imam masjid di Mosul, Irak, Muhammad al Mansuri dieksekusi mati karena penolakannya terhadap sumpah setia kepada ISIS. Setiap orang disana merasa ketakutan karena berada dalam situasi hidup atau mati jika menolak untuk menyatakan kesetiaan kepada setiap wilayah yang dikendalikan ISIS. Bahkan belakangan ini ISIS juga berikrar untuk menghancurkan Ka’bah jika mereka berhasil menguasai Mekkah. Bagi mereka membunuh bahkan sesama muslimpun untuk meraih tujuan dan ambisi merupakan hal biasa dimana kepentingan politik harus terlaksana. Sebenarnya bukan cuman gerilyawan ISIS yang eksis disana, masih banyak sempalan-sempalan lain yang memiliki agenda yang sama yaitu merebut kekuasaan apapun caranya sekalipun melalui kekerasan dan pembunuhan dengan cara yang sadis sekalipun.


Sudahkah kita mengutuk tindakan mereka?


Palestina dibela karena terus menderita dibawah pengawasan Israel yang mayoritas Yahudi. Mereka menuntut berdirinya negara Palestina merdeka yang belum terwujud dari tahun 1947 hingga hari ini. Namun ada satu lagi suku bangsa muslim yang juga tampa negara yaitu Kurdi atau Kurdistan. Kurdistan adalah suku bangsa yang menetap di Turki, Iran, Irak, Suriah, dan Armenia. Mayoritas mereka adalah orang Islam. Sejak zaman dahulu hingga era modern, mereka tetap berada dalam penindasan bangsa lain, yang justru berasal dari sesama bangsa Muslim sendiri seperti di Turki ,Irak, Suriah dan sebagainya. Mereka selalu menjadi suku bangsa yang ditindas, dibunuh dan dibom hanya untuk kepentingan politik tertentu. Tapi seolah kita melupakan dan mengabaikan mereka. Tak banyak yang tahu, suku Kurdi berperan penting terhadap sejarah Islam. Bahkan Shalahudin Al-Ayubi dan Ibnu Taimiyah adalah putra Kurdi. Ironisnya, suku bangsa mereka berada dalam penindasan sesama Muslim di Timur Tengah.


Sudahkah kita mengutuk tindakan mereka?


Sekali lagi kita semua mengutuk kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Namun sebagai Muslim, kita harusnya juga mengutuk setiap kekerasan yang terjadi terhadap setiap manusia apapun latar belakang dan agamanya. Tidak berarti ketika Yahudi membunuh Muslim, kita terus berteriak lantang dan ketika Muslim membunuh umat lain bahkan sesama Muslim sendiripun justru kita diam membisu, seperti apa yang telah dilakukan Boko Haram, ISIS dan penindasan terhadap bangsa Kurdi dan apapun bentuk kekerasan dimuka bumi. Setiap bentuk kekerasan adalah pelanggaran dan kita sebagai manusia harusnya mengutuk apapun bentuk dan siapapun pelakunya. Tidak boleh diam ketika yang melakukan kekerasan dan pembunuhan adalah orang-orang yang memiliki ikatan emosional ataupun ideologi dengan kita.


Ketika penindasan terhadap Palestina kita mengutuk membabi buta, tapi ketika dihadapkan pada pelanggaran yang dilakukan oleh kelompok tertentu kita acuh tak acuh dan tak mau tahu. Kita menuntut keadilan ditegakan di bumi Palestina, tapi pernahkah kita juga berfikir untuk menuntut keadilan terhadap para pelaku kekerasan ditempat lain. Apakah kita diam karena mereka memiliki akidah yang sama dengan kita. Harusnya, siapapun pelakunya tetaplah mereka bersalah, tampa memandang kesamaan tertentu. Pelanggaran adalah pelanggaran. Mari kita coba benahi cara pandang kita, jangan seolah-olah kita terlihat memihak terhadap sesuatu berdasarkan kesamaan dalam hal tertentu. Mari buka pikiran kita bahwa keadilan tak memandang apapun itu. Sebelum menuntut keadilan, sudahkan kita berfikir secara adil?


Ketika kita mengutuk Israel, pada saat yang sama kita juga harusnya mengutuk Boko haram, ISIS atau setiap kelompok yang melakukan kekerasan dan tindakan yang sama. Ketika kita menuntut Palestina merdeka kenapa kita lupa untuk memberikan perhatian terhadap Kurdistan merdeka atau bangsa-bangsa lain yang berada dalam penjajahan. Apakah karena Palestina diduduki bangsa Yahudi maka kita melupakan Kurdi yang dijajah sesama Muslim sendiri? Sorang ibu tidak pernah membeda-bedakan anaknya. Begitu juga Palestina, tidak seharusnya terus-terusan menjadi anak emas dalam pikiran kita untuk menolak kekerasan dan pembunuhan. Kita juga dengan tegas menolak kekerasan dimanapun di tempat lain. Kejahatan adalah kejahatan.


Ketika konflik dan kekerasan terjadi, latar belakangnya lebih kepada ambisi politik dan kekuasaan. Namun, sebagian coba menarik ke dalam ranah keyakinan untuk pembenaran tindakan mereka. Sayangnya kita terjebak dalam fanatisme buta. Kita membela kalau nama agama sudah dibawa-bawa. Jangankan dengan yang berbeda, dengan mereka yang memiliki kesamaan keyakinanpun kita kafirkan dan menghalalkan pembunuhan.


Mari logikan pikiran dan jernihkan hati. Mudah-mudahan kita menjumpai nurani


Periko Putra © 2014

 
 
 

Kommentarer


  • Wix Facebook page
  • Wix Twitter page
  • Wix Google+ page
  • YouTube Classic
Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Ikuti saya
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

Official Site of Periko Putra  © 2014-2016 All Rights Reserved

bottom of page