Renungan Ramadhan: Menguji Kejujuran

Alkisah seorang ustad yang hidup sederhana. Suatu hari ia akan pergi menuju suatu tempat menggunakan kendaraan umum. Tak lama setelah menaiki angkutan tersebut, sang kondektur meminta ongkos kepada sang ustad. Karena uang yang diberikan ustad kepada sang kondektur lebih besar dari ongkos yang seharusnya, maka sang kondektur mengembalikan kelebihan uang tersebut. Dan sang kondektur berlalu pergi dari hadapan sang ustad.

Namun, sang ustad merasa ada keanehan. Sang ustad memeriksa uang kembalian yang diberikan oleh sang kondektur. Dan benar saja, uang kembalian tersebut berlebih sebesar 20 sen dari yang seharusnya. Sejenak sang ustad terdiam. Dia berfikir apakah akan mengembalikan uang tersebut atau mengambilnya saja. Toh, uang yang berlebih cuman 20 sen. Sang ustad beranggapan tentu uang yang begitu kecilnya tak bernilai bagi sang kondektur.

Saat sampai di tempat tujuan, sang ustad turun dari angkutan tersebut. Namun, saat melewati sang kondektur, tiba-tiba kaki sang ustad tak bisa dilangkahkan, seluruh tubuhnya menggigil kedinginan. Akhinya, sang ustad menceritakan bahwa ia menerima kelebihan uang pengembalian ongkos kepada kondektur bus tersebut. Sang kondektur menjawab bahwa ia memang sengaja melebihkan uang tersebut untuk menguji sang ustad. Saat turun dari bus, sang ustad menangis. Hampir saja dia mengadaikan imannya hanya senilai 20 sen saja.

Hikmah yang bisa kita ambil dari cerita diatas adalah akan selalu ada orang-orang yang akan menjatuhkan kita bagaimanapun caranya. Kadang kita tidak menyadari bahwa kejujuran tak melihat besar kecil jumlah yang kita curangi.

Kisah ini disampaikan oleh Armand Maulana di Net TV tanggal 20 Juli 2014.

Periko Putra © 2014

#ramadhan #kejujuran